Anak KPM PKH Menjadi Chef di Jepang
SAPTOSARI- Hidup dalam kemiskinan merupakan hal yang tidak diinginkan oleh semua orang, begitu pula yang dialami oleh Nurul Anisa Putri dari Bapak Simul dan Ibu Sutini yang tinggal di Desa Jetis kecamatan Saptosari Gunungkidul. Keluarga Penerima Manfaat PKH (Program Keluarga Harapan) ini hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan karena ayahnya yang hanya bekerja sebagai sopir dan Ibu nya yang hanya sebagai Ibu rumah tangga. Dalam keadaan ini tidak membuatnya lantas mudah menyerah, dengan semangat dan ketekunan serta dukungan dari orang-orang terdekat, remaja putri ini berhasil lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan Kini remaja Putri ini telah menempuh bangku Kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta dengan mengambil jurusan Perhotelan dan Pariwisata.
Sukses atau keberhasilan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang termasuk Anisa dan keluarganya, namun untuk menjadi sukses bukan hal yang mudah apalagi dalam kondisi keterbatasan ekonomi. Perlu semangat, daya juang, pengorbanan dan ketekunan. Bukan hanya itu terkadang cibiran dan hinaan orang lain kerap di dapatkan oleh Anisa, “Halah gur anake wong nggunung Bapake sopir wae kok arep sekolah dhuwur-dhuwur”( Hanya anak kampung yang ayahnya sopir saja kok ingin kuliah yang tinggi). Hal itu tidak membuat nya patah semangat, justru itu dijadikan seperti pecut dan motivasi bahwa untuk menjadi sukses tidaklah seperti, pungguk yang merindukan bulan.
Anisa menyadari ia dapat kuliah berkat orang tuanya yang bekerja keras hal itu dijadikan seperti hutang yang harus dibayar dengan kesuksesan. Usaha dan DoÂ’a yang dilakukan Anisa seperti mendapatkan jawaban ketika ia memperoleh kesempatan dan Lulus seleksi untuk magang disalah satu Restoran di Jepang, namun tepat jadwal keberangkatanya ia kembali mendapatkan cobaan dikarenakan Neneknya meninggal. Rasanya berat meninggalkan keluarga yang sedang mendapatkan musibah namun disadarinya untuk berhasil butuhlah pengorbanan, setelah mendapatkan motivasi dari orang- orang terdekat (keluarga termasuk Pendamping PKH) setelah pemakaman selesai ia akhirnya memutuskan berangkat ke Jepang. Kini ia telah 6 Bulan berada di Jepang masih tersisa 6 Bulan lagi, dengan meningkatkan kemampuan Bahasa Jepang dan disiplin kerja, kesempatan untuk bisa terus bekerja disana setelah selesai magang terbuka lebar. Keberhasilan yang di peroleh Anisa tidak membuatnya lupa pada orang tua, ia pun mengirimkan sebagian gaji yang diperolehnya kepada orang tua. Orang tuapun sempat kaget mendapatkan kiriman sebanyak itu, kini Anisa telah mendapatkan gaji 80.000 Yen di setiap bulan, jumlah yang banyak untuk hitungan di Indonesia.
Tampak raut bahagia dari wajah Bu Sutini (KPM PKH yang didampingi Hartini, S.Pd.I) dalam pertemuan kelompok PKH yang rutin dalam setiap Bulan, ia seperti ingin menceritakan keberhasilan anaknya kepada siapa saja. Lambat laun namun pasti mulai disadari bahwa memang tidak seberapa bantuan PKH yang diterima dalam setiap 3 bulan dibanding dengan motivasi, dukungan, dan semangat yang besar yang ditularkan dalam setiap FDS ( Family Development Session ) untuk mengantarkan Keluarga Penerima Manfaat PKH menuju keberhasilan.