Home Visit, Menyapa Dalam Sebuah Kesederhanaan
SEMANU - Salah satu kegiatan pokok sebagai seorang Pendamping PKH yang tentunya tidak asing lagi, yakni kegiatan kunjungan ke rumah KPM (Keluarga Penerima Manfaat) PKH atau lebih sering dikenal dengan sebutan home visit.
Kegiatan home visit bertujuan untuk lebih mengenal secara personal KPM yang didampingi, sehingga dengan demikian kita bisa mengetahui latar belakang dari keseluruhan anggota keluarga mereka. Dengan melakukan kunjungan secara personal ke keluarga mereka satu per satu dengan penuh kedekatan, kita akan dimudahkan untuk masuk ke dalam kehidupan mereka. Hal tersebut diperlukan agar memudahkan kita dalam memilih dan menerapkan metode pendampingan, pemetaan permasalahan keluarga KPM serta mencari solusi dari persoalan yang mereka hadapi. Tentu saja masing-masing persoalan di tiap KPM adalah unik berbeda satu dengan yang lain.
Dalam Home visitkali ini, kami mengunjungi rumah beberapa lansia sebatangkara, yang memang hanya tinggal sendirian dirumah, dengan kondisi lemah dan kurang berdaya, bergantung kepada uluran tangan sanak saudara dan tetangga. Ada pula lansia yang tinggal sendirian namun, masih dikelingi rumah beberapa anak mereka. Melangkahkan kaki ke dalam rumah mereka, masuk menelusuri kisah perjuangan kehidupan mereka, memetik berbagai hal pelajaran hidup yang barangkali terasa berat jika kita yang menjalankan. Namun pada kenyataannya, disekeliling kita, masih ada yang bernasib demikian kurang seberuntung orang di luar sana.
Menurut Neugarten (1968) danChalhoun (1955), menjelaskan bahwa masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya tetapi bagi orang lain, periode ini adalah proses permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial. Menurut Bustan (2000) menyampaikan bahwa usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau lebih, dan usia lanjut adalah masa dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
Dari sudut pandang kesehatan, istilah menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Nugroho, 2000).
Dalam aturan kriteria komponan PKH kategori lansia disini adalah anggota keluarga yang usianya 70 tahun ke atas berdasarkan KK dan KTP anggota keluarga yang bersangkutan.
(Pendamping PKH bertemu dengan KPM Lansia)
Home visit pertama kami lakukan ke rumah Mbah Giyah, seorang lansia sebatangkara, suami pertama meninggal tanpa meninggalkan anak, suami kedua pun demikian, juga sudah meninggal tanpa meninggalkan anak, praktis beliau hanya tinggal seorang diri, di sebuah pekarangan rimbun, penuh aneka pohon keras disisi pinggir kanan kiri, serta berbagai tanaman palawija, kacang tanah, kedelai, jagung, yang kesemuanya ditanam oleh beliau dan adik kandungnya. Lahan pekarangan yang asri terjaga, meski penuh bebatuan dan tanaman lumut yang tumbuh diatas batu-batu tersebut. Rapih dan bersih, adalah kesan kami begitu memasuki pekarangan simbah. Dan barangkali tidak akan menyangka jika mendengar cerita para tetangga, bahwa jika hari cerah, maka simbah Giyah ini akan menyapu pekarangan sepanjang hari, istirahat jika waktu makan saja, seharian waktu dihabiskan untuk menyapu dan mencabuti rumput gulma yang tumbuh di sekitar rumah. Bagaimana tidak, di usia yang hampir mencapai satu abad ini, simbah masih kuat untuk beraktifitas menyapu dan merapikan pekarangan rumah. Daya ingat dan tutur kata beliau juga masih bagus, ketika kami mengajak berbicara beliau bisa menanggapi dengan fasih, pendengaran yang masih tajam serta penglihatan yang masih bagus. Kami secara rutin mengunjungi beliau 2 minggu sekali untuk membantu mengecek kecukupan kebutuhan pokok sembako, makanan ringan dan perlengkapan mandi beliau. Jika kebutuhan sembako sudah menipis maka kami meminta tolong ketua PKH dan famili mbah giyah untuk belanja ke pasar memakai dana bantuan PKH yang diterima. Melihat wajah ceria, bersyukur dan berkali-kali tak henti mengucapkan terimaka kasih kepada pemerintah dan petugas pendamping PKH selalu beliau ucapkan. Sungguh beliau merasa bersyukur ditengah kesendiriannya beliau masih dibantu dan diperhatikan banyak orang, yang notabene tidak beliau kenal. Dalam peribahasa jawa ora sanak ora kadang (bukan saudara dan kerabat), tetapi memperhatikan sungguh dengan penuh kasih sayang.
(Pendamping PKH bertemu dengan KPM Lansia)
Home visit kedua kami lakukan di rumah simbah Tungkem Marjo, seorang lansia sebatangkara yang agak lebih sedikit beruntung dibandingkan dengan mbah Giyah, karena masih dikaruniai beberapa putra putri yang sebagian besar tinggal di dekat rumahnya. Hal ini sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan makan minum sehari-hari beliau. Kondisi rumah mbah Tungkem masih relatif bagus karena mendapatkan bantuan bedah rumah dari pemerintah. Fasilitas MCK dan memasak juga punya meskipun sederhana. Beliau juga masih bisa diajak komunikasi, pendengaran, penglihatan dan daya ingat yang masih bagus di usia yang hampir satu abad juga. Aktiffitas sehari-hari beliau adalah memelihara ayam jawa di samping rumahnya, di bawah teras. Cukup banyak jumlah ayam yang beliau pelihara sekitar 10 ekor. Sebuah tabungan bagi penduduk desa ketika memiliki peliharaan. Ketika membutuhkan uang tinggal menjual kepada pedagang ayam. Meskipun dikelilingi sanak saudara dan anak-anak kandungnya, satu hal yang kami temukan di rumah simbah, yakni kondisi perabot yang masih penuh debu dan sedikit kurang terawat, dan kami pun pelan-pelan berbicara kepada anak beliau, supaya lebih rajin lagi dalam menjaga kebersihan perabot makan minum yang simbah pakai supaya simbah tetap sehat. Kami duduk berkeliling mendengarkan cerita masa lalu simbah dengan antusias, terpancar rona bahagia dari wajah beliau. Dan senada dengan mbah Giyah, beliau mengucapkan terimakasih kepada pemerintah , petugas pendamping PKH dan semua pihak yang sudah membantu merawat beliau, memperhatikan beliau meskipun tidak kenal, tetapi bersedia mendampingi dan membantu mencukupi kebutuhan pokok beliau melalui dana PKH.
Berkaca dari kedua lansia sebatangkara di atas, kita saat ini ketika masih dikaruniai fisik kuat dan sehat, wajib memiliki semangat daya juang yang tinggi untuk keluarga kita, terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga kita. Dan terlintas dalam pikiran kami, sebuah amanah luar biasa dalam tugas pendampingan PKH, menjadi agen perubahan bersama-sama dengan warga PKH serta seluruh stake holder baik itu dari pemerintah desa, kecamatan, kabupaten,provinsi sampai pemerintah pusat, serta warga masyarakat umumnya, Kader posyandu balita dan lansia, dinas pendidikan, dinas kesehatan, untuk memutus mata rantai kemiskinan generasi kedepan, melalui pendidikan dan kesehatan. SALAM PKH